virtualteam.my.id – Thom Haye Persib menjadi sorotan utama dalam gelombang pemain diaspora Timnas Indonesia yang memilih berkarier di BRI Super League 2025/2026. Selain Thom Haye, nama-nama seperti Jordi Amat, Jens Raven, dan Rafael Struick turut mewarnai kompetisi domestik, menurut Bola.com. “Kehadiran mereka meningkatkan daya tarik liga,” ujar Erick Thohir, Ketua PSSI, menurut Kompas.com. Selain itu, kepindahan ini memungkinkan pemain untuk mendekatkan diri dengan penggemar Indonesia, menurut Tribunnews.com. Namun, beberapa pihak menyayangkan keputusan ini, mengingat proses naturalisasi mereka bertujuan untuk bersaing di level Eropa, menurut Bola.net. Oleh karena itu, artikel ini mengupas fenomena Thom Haye Persib dan tiga pemain diaspora lainnya, serta dampaknya pada BRI Super League.
Fenomena Pemain Diaspora di BRI Super League
Thom Haye Persib: Metronom Lini Tengah
Thom Haye, gelandang berusia 30 tahun, resmi bergabung dengan Persib Bandung setelah tanpa klub pasca-degradasi Almere City di Eredivisie, menurut Beritasatu.com. “Haye adalah tambahan strategis,” ujar Adhitia Putra Herawan, Deputy CEO Persib, menurut SindoNews.com. Selain itu, dengan nilai pasar Rp17,38 miliar, ia menjadi pemain termahal di BRI Super League, menurut Jawa Pos. Akibatnya, Thom Haye Persib diharapkan memperkuat lini tengah bersama Marc Klok dan Dedi Kusnandar, menurut Viva.co.id. Dengan pengalaman 236 laga di Eredivisie dan 13 caps bersama Timnas Indonesia, Haye membawa visi bermain kelas Eropa, menurut Mediaindonesia.com. Dengan demikian, Thom Haye Persib menjadi kunci ambisi Maung Bandung di BRI Super League dan AFC Champions League Two (ACL 2).
Jordi Amat ke Persija: Benteng Pertahanan
Jordi Amat, bek berusia 33 tahun, memperkuat Persija Jakarta setelah tiga tahun sukses di Johor Darul Ta’zim (JDT), menurut Republika. “Amat bawa pengalaman Eropa,” ujar pelatih Persija, menurut CNN Indonesia. Sebelumnya, ia bermain untuk Espanyol, Swansea City, dan Real Betis, mengoleksi pengalaman di La Liga dan Premier League, menurut Tempo. Selain itu, di BRI Super League, Amat tampil penuh dalam tiga laga awal, membantu Persija hanya kebobolan satu gol, menurut Bola.com. Akibatnya, duetnya dengan Rizky Ridho menjadi salah satu yang terbaik di liga, menurut Nusantara TV. Oleh karena itu, kehadiran Amat meningkatkan soliditas pertahanan dan mentoring pemain muda Persija.
Jens Raven ke Bali United: Harapan Lini Depan
Jens Raven, penyerang berusia 19 tahun, bergabung dengan Bali United setelah bermain di tim junior FC Dordrecht, menurut Voi.id. “Raven punya potensi besar,” ujar pelatih Bali United, Johnny Jansen, menurut Koran Jakarta. Selain itu, sebagai bagian Timnas Indonesia U-23, ia mencatatkan satu assist dalam tiga laga BRI Super League, menurut Suara Surabaya. Meskipun demikian, adaptasinya di level senior menjadi tantangan, menurut Bisnis.com. Dengan demikian, Raven diharapkan menjadi mesin gol masa depan Bali United, menambah variasi serangan di bawah asuhan pelatih berpengalaman Eredivisie.
Rafael Struick ke Dewa United: Talenta Serbabisa
Rafael Struick, penyerang berusia 21 tahun, memilih Dewa United setelah dilepas Brisbane Roar, menurut TintaHijau. Dikenal dengan kecepatan dan dribbling, Struick menjadi andalan Timnas Indonesia, menurut TVOneNews. Namun, ia belum mencatatkan gol atau assist dalam tiga laga awal BRI Super League, menurut BeritaJatim.com. “Struick butuh waktu adaptasi,” ujar pengamat sepak bola, menurut Jakarta Globe. Selain itu, fleksibilitasnya sebagai penyerang sayap atau lubang memberikan opsi taktis bagi Dewa United, menurut Nu.or.id. Oleh karena itu, Struick diharapkan segera menemukan performa terbaiknya.
Dampak dan Kontroversi
Dampak Positif pada BRI Super League
Kehadiran Thom Haye Persib, Jordi Amat, Jens Raven, dan Rafael Struick meningkatkan kualitas kompetisi BRI Super League, menurut Kompas.com. “Pemain diaspora bawa standar Eropa,” ujar Erick Thohir, menurut Tribunnews.com. Selain itu, mereka menarik perhatian penonton dan mempererat hubungan dengan penggemar, menurut post:1. Akibatnya, liga domestik kini bersaing dengan liga Asia Tenggara lainnya, menurut Bola.net. Dengan demikian, fenomena ini memperkuat daya tarik BRI Super League sebagai liga kompetitif.
Kontroversi Kepindahan Pemain Diaspora
Meskipun demikian, kepindahan pemain diaspora menuai kritik, menurut SindoNews.com. Banyak yang menyayangkan mereka tidak bertahan di liga Eropa, mengingat naturalisasi bertujuan mendongkrak Timnas Indonesia di level internasional, menurut Kompas.id. “BRI Super League peringkat 24 Asia, jauh di bawah Eredivisie,” ujar pengamat Gita Suwondo, menurut Beritasatu.com. Selain itu, ada kekhawatiran performa mereka menurun, menurut Mediaindonesia.com. Namun, Patrick Kluivert menegaskan prioritas pada menit bermain, menurut Viva.co.id. Oleh karena itu, kepindahan ini tetap strategis untuk menjaga kebugaran di Timnas Indonesia.
Peran di Timnas Indonesia
Thom Haye Persib, Jordi Amat, Jens Raven, dan Rafael Struick tetap menjadi pilar Timnas Indonesia menjelang Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Arab Saudi (8 Oktober) dan Irak (11 Oktober), menurut Republika. Selain itu, kecuali Struick, ketiganya masuk skuad FIFA Matchday September 2025, menurut Jawa Pos. “Menit bermain di klub krusial,” ujar Kluivert, menurut CNN Indonesia. Dengan demikian, kepindahan ke BRI Super League memastikan mereka tetap kompetitif untuk Garuda.
Penutup
Fenomena Thom Haye Persib, Jordi Amat, Jens Raven, dan Rafael Struick di BRI Super League 2025/2026 mencerminkan daya tarik liga domestik yang kian meningkat. Meski menuai pro dan kontra, kehadiran mereka memperkaya kualitas kompetisi dan memperkuat hubungan dengan penggemar. Oleh karena itu, dengan pengalaman Eropa dan semangat membela Tanah Air, mereka siap menggebrak liga dan Timnas Indonesia. “Mari dukung sepak bola Indonesia,” ujar Haye, menurut TVOneNews. Dengan demikian, BRI Super League 2025/2026 menjadi panggung baru bagi talenta diaspora!