Sepak Bola

Pemain Liga Inggris Sulit Raih Ballon d’Or 2025

Pemain Liga Inggris Sulit Raih Ballon d’Or

virtualteam.my.id – Premier League dikenal sebagai liga tersengit di dunia, namun pemainnya jarang memenangkan Ballon d’Or. Hanya enam pemain Liga Inggris meraih trofi ini sejak 1956, dengan Rodri (2024) sebagai pemenang terbaru. Susahnya Pemain Liga Inggris Menangi Ballon d’Or terlihat dari dominasi La Liga, bias voting, dan ekspektasi tinggi. Untuk itu, artikel ini mengeksplorasi sejarah, faktor penghambat, kasus kontroversial, potensi masa depan, dan dampak kemenangan Rodri.

Sejarah Pemain Liga Inggris Ballon d’Or

Ballon d’Or, digagas France Football pada 1956, awalnya hanya untuk pemain Eropa. Stanley Matthews (Blackpool) menjadi pemenang perdana. Sejak saat itu, hanya lima pemain Liga Inggris lainnya menang: Bobby Charlton (1966, Manchester United), Kevin Keegan (1978, Liverpool), Michael Owen (2001, Liverpool), Cristiano Ronaldo (2008, Manchester United), dan Rodri (2024, Manchester City). Selain itu, La Liga mendominasi dengan 24 kemenangan, didorong oleh Lionel Messi (8 kali) dan Cristiano Ronaldo (4 kali di Real Madrid). Untuk itu, pemain Liga Inggris menghadapi persaingan berat. Meski begitu, Premier League tetap unggul dalam intensitas kompetisi.

Dari 1956 hingga 2024, hanya 6 dari 68 edisi Ballon d’Or dimenangkan pemain Liga Inggris. Dominasi La Liga terlihat dalam 15 kemenangan dalam 20 tahun terakhir. Oleh karena itu, Susahnya Pemain Liga Inggris Menangi Ballon d’Or bukan isapan jempol. Dengan demikian, sejarah menunjukkan tantangan struktural bagi pemain Premier League.

Faktor Penghambat di Tantangan Ballon d’Or Liga Inggris

Voting Ballon d’Or melibatkan jurnalis dari 100 negara teratas FIFA, menilai performa individu, prestasi tim, dan fair play. Namun, bias terhadap pemain menyerang kerap muncul. Pemain seperti Messi dan Ronaldo, dengan jumlah gol fantastis, lebih menarik perhatian dibandingkan gelandang atau bek. Untuk itu, pemain Liga Inggris seperti Virgil van Dijk (2019) kalah meski membawa Liverpool juara Liga Champions. Selain itu, fokus pada trofi besar seperti Liga Champions sering menguntungkan klub Spanyol.

Persaingan ketat di Premier League juga menyulitkan. Banyaknya bintang membagi sorotan, berbeda dengan La Liga yang kerap didominasi Barcelona dan Real Madrid. Meski begitu, pemain seperti Thierry Henry dan Wayne Rooney tampil luar biasa, namun gagal menang karena kurang trofi tim. Oleh karena itu, faktor ini memperumit peluang.

Kasus Kontroversial di Pemain Liga Inggris Ballon d’Or

Beberapa keputusan Ballon d’Or memicu debat. Pada 2013, Franck Ribery (Bayern Munchen) meraih treble, namun kalah dari Ronaldo, yang hanya memenangkan trofi individu di Manchester United. Van Dijk juga kalah dari Messi pada 2019, meski The Reds juara Eropa. Selain itu, Erling Haaland (2023) mencetak 53 gol dan meraih treble bersama Manchester City, namun Messi menang karena Piala Dunia. Untuk itu, keputusan ini menunjukkan bias terhadap nama besar. Dengan demikian, Susahnya Pemain Liga Inggris Menangi Ballon d’Or sering dikaitkan dengan ketidakadilan voting.

Kontroversi lain muncul pada 2010, ketika Wesley Sneijder (Inter Milan) meraih treble, namun Messi menang meski Argentina kandas di Piala Dunia. Oleh karena itu, pemain Liga Inggris seperti Rooney, yang mencetak 34 gol pada 2009/2010, kerap terabaikan. Meski begitu, kasus ini mendorong diskusi tentang reformasi voting.

Potensi Masa Depan di Tantangan Ballon d’Or Liga Inggris

Meski sulit, pemain Liga Inggris punya peluang. Phil Foden, Harry Kane, dan Trent Alexander-Arnold disebut sebagai kandidat potensial. Foden, instrumental bagi Manchester City, menunjukkan kreativitas luar biasa. Kane, kini di Bayern Munchen, mencatat 44 gol pada 2023/2024. Untuk itu, keberhasilan klub di Liga Champions jadi kunci. Selain itu, pemain muda seperti Cole Palmer dan Bukayo Saka menjanjikan dengan performa konsisten. Oleh karena itu, Liga Inggris tetap punya talenta kelas dunia.

Namun, tantangan tetap ada. Pemain seperti Salah, yang disebut Michael Owen layak menang jika Liverpool meraih dua gelar, sering terhambat minimnya trofi Eropa. Meski begitu, investasi klub Inggris di talenta muda meningkatkan peluang. Dengan demikian, masa depan cerah jika faktor bias teratasi.

Dampak Kemenangan Rodri di Pemain Liga Inggris Ballon d’Or

Rodri, gelandang Manchester City, mematahkan dominasi La Liga pada 2024. Ia meraih Ballon d’Or setelah membawa City juara Premier League dan Spanyol menang Euro 2024. Kemenangannya, diumumkan di Paris pada 29 Oktober 2024, mengungguli Vinicius Junior dan Jude Bellingham. Untuk itu, prestasi ini mengangkat citra Liga Inggris. Selain itu, Rodri jadi pemain City pertama yang menang, menandai era baru. Oleh karena itu, kemenangan ini membuktikan gelandang bertahan也能 bersinar.

Kemenangan Rodri memicu diskusi di media sosial. Fans Liga Inggris memuji, sementara beberapa penggemar Real Madrid menilai Vinicius lebih layak. Meski begitu, statistik Rodri (91% akurasi umpan, 2,1 intersepsi per laga) mendukung keputusan. Dengan demikian, ia jadi inspirasi bagi gelandang modern.

Kesimpulan

Susahnya Pemain Liga Inggris Menangi Ballon d’Or terlihat dari dominasi La Liga, bias voting, dan persaingan ketat. Hanya enam pemenang sejak 1956, dengan Rodri sebagai penutup paceklik 16 tahun, menegaskan tantangan ini. Namun, talenta seperti Foden dan Kane memberi harapan. Untuk itu, Liga Inggris harus terus mengejar trofi Eropa dan reformasi voting agar lebih adil. Pantau Ballon d’Or 2025 untuk melihat apakah pemain Premier League bisa kembali bersinar!